Warga Majalengka Rusuh Akibat Persoalan Surat Suara saat Pemilu 2019

Majalengka, IDN Times – Suasana di sekitar Tempat Pemungutan Suara (TPS) 13, kelurahan Tonjong, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat yang tadinya tenang, tiba-tiba berubah kisruh. Hal ini menyusul protes yang dilakukan sejumlah warga yang merasa tak puas karena tak menerima surat suara dengan lengkap.
1. Surat suara kurang

Kericuhan pertama kali dipicu ulah seorang warga asal Jatitujuh yang memilih di TPS tersebut. Ia tak terima karena oleh panitia hanya diberi tiga lembar surat suara. Padahal warga lainya menurutnya mendapatkan lima lembar surat suara. Pria tersebut akhirnya emosi.
Kondisi kian memanas saat warga lainnya asal Palembang yang juga mencoblos di TPS tersebut juga menyampaikan ketidakpuasannya karena ia hanya mendapatkan satu lembar surat suara. Ia pun terus ngotot meminta empat lembar surat suara lainnya kepada petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS tersebut.
Meski petugas KPPS sudah menjelaskan bahwa pemilih dari luar provinsi hanya bisa mencoblos surat suara calon presiden, tapi orang tersebut tetap tidak mau tahu dan terus ngotot. Hal ini membuat petugas KPPS kebingungan. Beruntung saat itu ada sejumlah anggota Polri dan TNI yang turun tangan mengamankan warga yang emosi.
Melihat kondisi tersebut, aparat gabungan TNI/Polri yang ada di sekitar lokasi TPS langsung melakukan beberapa tindakan untuk mencegah kericuhan semakin meluas.
2. Operasi Mantap Brata

Jelang Pemilu 2019, pada Rabu, 17 April 2019, Polres Majalengka mematangkan persiapan pengamanan yakni dengan melakukan simulasi pengamanan Pemilihan Legislatif (Pileg) dan pemilihan presiden (Pilpres) sebagai salah satu rangkaian dari operasi Mantap Brata 2019 tingkat Polres Majalengka yang digelar di Jalan raya Cigasong - Jatiwangi, Kabupaten Majalengka.
Simulasi ini disaksikan Wakil Bupati Majalengka Tarsono, Dandim 0617/Majalengka Letkol Arm.Novi Herdian, Kapolres Majalengka AKBP Mariyono, Ketua KPUD Majalengka Agus Suhada, Ketua Bawaslu Agus Asri Sabana dan Unsur Forkompimda serta undangan lainnya.
3. Simulasi bertujuan meningkatkan kesiapan pasukan

Kapolres Majalengka, AKBP Mariyono mengatakan, simulasi dilaksanakan secara sistematis sesuai perkembangan situasi serta kenyataan yang biasa sering terjadi dilapangan, sehingga dengan kegiatan seperti ini seluruh personel dapat mengatahui dan memahami peran dan fungsi serta tindakan apa saja yang harus mereka lakukan jika menghadapi situasi seperti ini di lapangan.
Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang prosedur dan tatacara dalam melaksanakan pengamanan Pemilu dan cara bertindak jika dalam melakukan pengamanan Pemilu menghadapi permasalahan dilapangan, sehingga anggota yang akan diterjunkan untuk mengamankan pelaksanaan Pemilu memahami prosedur yang telah ditentukan.
“Tujuannya pelanggaran personel yang bisa saja terjadi di lapangan dapat dimininalisir,” Jelas Kapolres Majalengka.
4. Meminimalisir gangguan selama pemilu

Polres Majalengka mencoba simulasi sistem pengamanan kota (Sispamkota) pemilu 2019. Simulasi digambarkan adanya ancaman dan gangguan Kamtibmas saat pelaksanaan rangkaian pemilu 2019.
Saat itu, polisi mulai mengambil langkah-langkah dari tindakan preventif hingga akhirnya harus dilakukan tindakan tegas. Simulasi unjuk rasa dilakukan di Jalan Raya Cigasong-Jatiwangi. Massa memprotes kecurangan yang terjadi saat penghitungan suara di salah satu TPS.
"Pelatihan ini digelar bermaksud untuk melatih kemampuan dan keterampilan personel gabungan dalam menangani masa pengunjuk rasa maupun gangguan Kamtibmas khususnya saat pengamanan Pemilu serentak 2019 nanti," katanya.
Kapolres menjelaskan, simulasi ini bertujuan sebagai gambaran jajaran Polres Majalengka dalam memberikan perlindungan pengayoman dan melayani terhadap masyarakat.
"Simulasi Sispamkota ini bertujuan agar personel yang terlibat dapat memahami tugas pokok dan fungsi serta perannya masing-masing," pungkasnya.