Pemprov Jabar Tingkatkan Anggaran Kebencanaan Empat Kali Lipat di 2020

Bandung, IDN Times - Menjelang musim penghujan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat (Jabar) telah melakukan kesiapsiagaan mengantisipasi bencana yang mungkin terjadi. Tingginya kemungkinan bencana di musim penghujan terus dipantau agar tidak menimbulkan korban jiwa.
Kepala BPBD Provinsi Jawa Barat Supriyatno mengatakan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah alat dan anggaran untuk membantu masyarakat yang terkena bencana. Tahun ini pemerintah provinsi telah menganggarkan Rp1,2 miliar. Angka ini kemudian naik hingga empat kali lipat untuk digunakan pada 2020, dengan total anggaran logistik kebencanaan di Jabar mencapai Rp4,6 miliar.
"Pak Gubernur ingin masyarakat yang terdampak, segera teratasi," ujar Supriyatno dalam Jabar Punya Informasi, di Bandung, Selasa (19/11).
Selain melalui anggaran penerimaan dan belanja daerah (APBD), pemerintah pusat pun turut serta membagikan anggaran ke BPBD Provinsi Jabar untuk kemudian dana itu dibagikan ke 27 kabupaten/kota. Total dana tersebut mencapai Rp4,9 miliar.
1. Total bencana di Jabar per Oktober mencapai 1.558

Berdasarkan data BPBD Jabar, hingga Oktober 2019 sedikitnya terdapat 1.558 bencana yang terjadi. Kejadian paling sering yakni longsor dengan 442 kejadian, kemudian disusul kebakaran 335 kali dan angin puting beling 282 kali.
Dengan kemungkinan bencana yang masih terjadi, BPBD Jabar berupaya mengedukasi masyarakat agar lebih mengenali potensi bencana. Hal ini penting untuk meminimalisasir dampak saat bencana terjadi.
BPBD Provinsi Jawa Barat tengah mengubah konsep penanganan kebencanaan dari kedaruratan menjadi kesiapsiagaan. Jika sebelumnya lebih berorientasi pada penanganan pascabencana, kali ini fokus terhadap pengenalan potensi bencana yang akan terjadi.
"Perlu bangun kesadaran masyarakat tentang bencana," katanya.
2. Warga yang paham potensi bencana di sekitar miliki peluang selamat 35 persen lebih banyak

Supriyatno menjelaskan, penanganan kesiapsiagaan memberi dampak yang signifikan terhadap keselamatan masyarakat. Menurutnya, warga yang mengetahui potensi bencana dan cara penyelamatannya, memiliki peluang selamat lebih besar yakni 35 persen dibanding mereka yang sama sekali tidak mengenalinya.
"Yang tahu kebencanaan, itu bisa menyumbangkan 35 persen keselamatan untuk diri sendiri. Jika ada keluarga lainnya yang tahu, nambah 32 persen," katanya.
Maka, ketika seluruh warga mengenali potensi kebencanaan dan cara penyelamatannya, memiliki peluang selamat 95 persen. Kondisi Ini terjadi pada masyarakat Jepang di mana korban bisa lebih sedikit saat bencana terjadi.
Dalam dua bulan ini BPBD Jabar sudah melakukan sosialisasi terhadap 1.500 warga. Melalui cara itu, mereka pun direkrut untuk menjadi relawan agar mampu menyebarluasakan kembali ke masyarakat yang lain. Nantinya, mereka pun akan diperbantukan ke lokasi jika bencana terjadi.
"Edukasi, sosialisasi, simulasi. Kita bina selama empat hari untuk membantu masyarakat di lokasi-lokasi bencana," katanya.
3. Puncak musim hujan akan terjadi pada Desember

Sementara itu, Staf Data dan Informasi BMKG Bandung, Yan Firdaus Permadhi, mengatakan, puncak musim hujan di Jawa Barat akan terjadi pada Desember hingga Januari mendatang. Meski sudah mulai memasuki musimnya, saat ini curah hujan masih di bawah normal.
Hal ini juga terbukti, kata dia dengan hawa panas yang terasa akhir-akhir ini seperti di Bandung. "Terasa panas dan lembab, karena awan hujannya ada setiap hari, tapi tidak setiap hari hujan," kata Yan.
Menurutnya, bencana yang rawan terjadi di Jabar selama musim hujan adalah longsor, banjir, angin kencang dan puting beliung. Untuk itu masyarakat diimbau bisa lebih paham penanganan bencana dalam berbagai bentuk.












