Jelang Pencoblosan, Millennial Jabar Ajak Warga untuk Tak Golput

Bandung, IDN Times - Jumlah masyarakat yang tak memberikan hak memilih dalam setiap pemilihan umum (pemilu) tak pernah berkurang. Bahkan, jumlahnya kian bertambah seiring ketidakpercayaan para pemilih tersebut terhadap janji-janji yang diutarakan calon pemimpin baik di tingkat eksekutif maupun legislatif.
Demi meminimalisir masyarakat yang masuk dalam golongan putih (golput), kampanye antigolongan putih (golput) pun terus disuarakan. Tak hanya oleh lembaga pemilihan atau pemerintah, kalangan sipil pun semakin banyak yang mengkampanyekan antigolput.
Salah satu kampanye antigolput dilakukan Jaringan Pemilih Cerdas dan Pengawasan Partisipatif Pemilu 2019. Koordinator kegiatan Antigolput, Sakti Herliansyah mengatakan, menjadi golput memang merupakan hak setiap masyarakat yang mendapat kesempatan untuk memilih pemimpin negeri. Namun hak sebaiknya dihilangkan dengan menggunakan hak pilih semaksimal mungkin.
1. Pilihlah pemimpin meski itu terpaksa

Menurut Sakti, masyarakat yang saat ini telah berniat tidak menggunakan hak suaranya karena sudah tidak percaya pada apa yang diucapkan calon pemimpin sekarang. Di sisi lain, mereka pun merasa pemerintahan yang sekarang tidak pernah merealisasikan apa yang telah dikomitmenkan sejak awal.
"Ya misalnya kalau memang tidak suka pada calon pilihlah pemimpin yang terbaik dari yang terburuk di mata kalian," ujar Sakti, ditemui di sekitaran Car Free Day (CFD), jalan Ir H Djuanda, Minggu (7/4).
2. Roda pemerintahan tetap berjalan

Dibalik keinginan untuk menyuarakan golput yang semakin ramai di media sosial, Sakti menyebut bahwa hal ini tidak akan berdampak pada jalannya roda pemerintahan. Sebab dengan golput tidak akan membuat pemerintah bisa bekerja lebih baik. Justru dengan menyuarakan hak dalam pemilihan umum masyarakat bisa meminta setiap janji yang telah mereka ucapkan selama kampanye.
"Ada tidaknya golput kan semua tetap jalan. Jadi gunakan hak dan pemilih lah," paparnya.
3. Waspada atas penyebaran hoaks

Selain mengingatkan agar masyarakat khususnya para millennial tidak menjadi golput, Sakti juga melakukan kampanye agar penyebaran berita bohong atau hoaks tidak semakin menyebar semakin masif. Terlebih Provinsi Jawa Barat (Jabar) berdasarkan berbagai survei merupakan salah satu daerah yang penyebarannya terparah.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, komunitas ini pun mengajak berbagai organisasi masyarakat (ormas) serta organisasi dari kalangan mahasiswa dan sekolah menengah atas (SMA) agar berani ikut mengedukasi masyarakat sekitar untuk tidak asal menyebarkan informasi belum tentu benar.
"Anak-anak muda ini paling pas karena sekarang mereka yang paling mudah mengakses informasi," ujar Sakti.
4. Pemilih muda minim infomasi para caleg

Sementara itu, Adrian, salah satu pemilih yang baru pertama kali akan memberikan suara menyebut tidak paham begitu benyak mengenai calon anggota legislatif (caleg) yang ada di kertas suara nantinya. Pilihan untuk golput pun kemungkinan dilakukan ketimbang mereka memilih calon yang tidak diketahui.
"Yang saya tau paling presiden dan wakil aja udah, sisanya kaya caleg DPR, DPRD, atau yang ga tahu banyak," ungkapnya.












