[FOTO] Bagaimana Laboratorium LIPI Mengubah Singkong Jadi Bioplastik?

Bandung, IDN Times – Sejak 2017 Akbar Hanif Dawam Abdullah merampungkan segala penelitiannya untuk mengubah singkong menjadi plastik ramah lingkungan, alias bioplastik. Hari ini, Peneliti LPKB (Loka Penelitian Teknologi Bersih) LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) itu mengajak awak pers mengunjungi laboratorium tempat dia mengembangkan teknologinya di Kompleks LIPI, Jalan Cisitu Lama, Kota Bandung, Senin (25/3).
Dengan suksesnya penelitian bioplastik LIPI, kata Akbar, penyelamatan lingkungan dari kontaminasi plastik konvensional bukan lagi harapan belaka. Sekarang, tinggal bagaimana pemerintah berani menegakkan peraturan larangan pemakaian plastik konvensional, dan berbagai industri berani menghentikan ketergantungannya pada plastik konvensional.
1. Alat pertama yang diperlihatkan Akbar di laboratoriumnya adalah Mixer-Extruder. Mesin tersebut dapat mengubah pati singkong—yang telah dicampur dengan plasticizer glisterol-menjadi bahan mentah bioplastik

2. Setelah pati singkong menjadi bioplastik berbentuk tali, Akbar kemudian mencercanya lewat sebuah mesin hingga menjadi pellet. Pelet merupakan bahan pokok, sebelum bioplastik diubah menjadi barang siap pakai dalam bentuk apapun.

3. Sebelum menjadi sebuah barang siap pakai, pellet-pellet tersebut harus melalui pengujian. Lewat pengujian, kata Akbar, bioplastik mesti dipastikan dapat terurai dan habis dimakan oleh mikroba.

4. Selain menguntungkan lingkungan, bioplastik berbahan dasar singkong juga dipercaya dapat membangkitkan ekonomi petani Indonesia. Seandainya penggunaan bioplastik sudah dipakai oleh pasar, Akbar optimistis nilai ekonomi singkong yang saat ini hanya Rp500-Rp1.500 per kg dapat meningkat

5. Namun, Akbar menemui berbagai tantangan dalam memperkenalkan hasil penelitiannya pada pelaku industri. Salah satunya karena harga bioplastik ditaksir lebih mahal empat kali lipat dari pada plastik konvensional
