Bandung, IDN Times - Sekretaris Badan Pemenangan Daerah Prabowo-Sandiaga, Haru Suandharu mengatakan, dari hasil survei yang dilakukan per Januari 2019 pasangan ini sudah unggul di Provinsi Jawa Barat. Bahkan, presentase keunggulannya sudah mencapai sekitar 10 persen.
Nilai ini sangat berbeda dengan selisih di awal survei yang hanya satu persen. Melihat kondisi ini, BPD optimistis mampu unggul jauh di Jawa Barat (Jabar) pada pemilihan presiden 17 April 2019, mendatang.
Jabar memang menjadi salah satu lumbung suara bagi Prabowo. Sebab dalam pemilhan presiden lima tahun silam, Prabowo yang kala itu berpasangan dengan Hatta Rajasa mampu mendulang suara telak hingga mencapai 60 persen.
Kondisi ini yang ingin dimanfaatkan kembali oleh BPD Jabar. Haru berpendapat, pasangan Prabowo-Sandiaga seharusnya bisa memenangkan suara mencapai 70 persen.
"Ini sesuai target kita. Jadi kita terus meningkatkan tensi, meningatkan ritme di semua daerah," kata Haru, Senin (11/3).
Dari semua kabupaten/kota yang ada di Jabar, BPD tidak memilih daerah mana saja yang harus diperkuat dalam berkampanye. Sebab semua daerah diupayakan mampu memenangkan Prabowo-Sandiaga.
Dengan target mencapai 70 persen, artinya tidak ada daerah yang harus dilepas maupun diperkuat. Semua daerah di Jabar harus unggul guna mencapai target tersebut.
"Kalau ingin sesuai target ya harus menang mutlak. Gak ada yang dominan ataupun tidak. Kita semua akan kerja keras," papar Haru.
Selain memaksimalkan kampanye yang masif, Haru berpendapat bahwa pengawasan di tempat pemungutan suara (TPS) menjadi salah satu kunci memenangkan pemilihan presiden maupun pemilihan legislatif. Sebab kecurangan bisa saja terjadi di TPS yang menjadi asal muasal pemungutan suara masyarakat.
"Kita sudah siapkan saksi mencapai 140 ribu orang," ujar Haru.
Jumlah ini meningkat dibandingkan pada pemilihan kepala daerah karena pada pemilihan umum kali ini akan ada lima kotak suara. Artinya setiap partai sudah pasti akan mengirimkan saksinya masing-masing.
"Tapi untuk mengawasi kotak pilpres masih menunggu arahan dari pusat," paparnya.
Sementara itu, Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma'ruf Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengatakan, hasil survei internal yang dilakukan BPD tidak berpengaruh apapun terhadap kinerja TKD. Sebab survei secara internal mudah dilakukan dan hasilnya gampang dimanipulasi.
Dia berpendapat, jika memang BPD Jabar memastikan sudah menang dengan presentase mencapai sekitar 60 persen, mereka seharusnya tidak capek-capek turun ke lapangan dan berkampanye.
"Kalau sudah 54 persen ya udah gak usah kukurusakan, ke Tasik, ke Bandung. Udah tinggal tidur aja," ujar Dedi.
Di saat BPD mengklaim kemenangan ini pun, TKD akan terus bekerja, berkampanye ke setiap daerah agar masyarakat kembali memilih Jokowi-Ma'ruf Amin yang sudah memiliki pengalaman memimpin.
Di sis lain, Dedi mengimbau seluruh politisi baik mereka yang mencalonkan diri atau sebagai tim kampanye tidak melakukan politisasi menggunakan pemberitaan bohong atau hoaks. Termasuk isu sara dalam membangun kekuatan politik.
Persoalan agama yang saat ini semakin erat dengan perpolitikan seharusnya direda. Sebab cara berpolitik yang menggaitkan agama membuat peningkatan intoleransi dalam satu agama.
"Kita dalam beragama harus berkeyakinan dan saling menghargai," paparnya.